Sabtu, 16 Januari 2010

musim sedih dan bahagiapun segera lahir...
menyibak dunia yg bertumpuk daun-daun kering itu....
tak terlupa pula sajak2 lampau.....
menghiasi tawa yg tersisa.....

ach.....alamku.....
jgn kau ragukan hasratku.....
yg kini menganyam kepercayaanku tuk dia....
demi seiris gumam yg tak pernah letih mengiba...

ach...alamku....
jgn hentikan seleksimu....
walau kumbang penjual waktu letih sudah....
teruslah merintih dalam tawa....

ach...tuanku....
ijinkan kududuk dibingkau senjamu...
menghitung sisa rusukku...
yg retak....dibuai kebakan alam....

Rabu, 23 Desember 2009

demi senyum kalian

tiada kering tiada tidak....
tuk ucap henti pada sang waktu....
kaki bersantun, lengan terpuja.....
ah...demi nyawa bergumul dengan hati....

tak satupun bisa menebak....
juga untaian akar ilalang....
tak ada imbal terlebih balik....
ah...aku ingin tawa sederhananya....

wahai gulita awan.....
gemakan petirmu lantang berulang....
bak parau celotehku ditengah malam...
menimang senyum kecil itu...
jangan pula gagap tuk muntahkan airmu...
membelah kabut tak berbekal...
hingga keriput dahiku tak peduli...
menghitung perjalanan tak berbatas ini....

aku rindu tawa dan senyum kecil itu....
bermain didamai tetes keringatku....
walau kini melumpur sudah....
ah...biduk tak berkaki...
jgn menyela dipinggir harap...
biarkan.... merambah syahdu dipelupukku....

semoga....
pulaslah "kalian" dengan mimpiku...
walau esok pagi tak bertabur embun...
jgn pernah merintih diperjalanan...
karena janjiku kini telah bertuan...
demi langkah tertatih penuh senyum...
menuju.....sebuah tuju, kalian dipangkuanku....




trimakasih : kang hendra

Selasa, 08 Desember 2009

aku ingin sendiri

jangan kau sapa aku lagi....
saat kau berkedip untuknya....
tak usah bertanya saat kuterbangun....
karena tak lupa aku, kala gerimis itu....
kau nina bobokan senjaku....
dimeja kayu tak beralas...
cukup ....
jangan kau ketuk lagi mimpiku...
yang lelah dikatup bibir ini...
biar....
menari sedih dikaki angkuhmu...
menggeliat pedih tanpa henti...
walau....
tiada manja menerpa asa...
tersudut sepi dikidung hampa....

tak ingin bertanya aku...
mengapa dan untuk apa....
terlebih untuk siapa....

jangan...
kau petik hangatku lagi...
ijinkan mekar walau tak berbuah...
tertunduk lesu menggumam pasrah...
ah....aku ingin sendiri....

gadis kebaya usang

lihatlah dia....
gadis mungil memainkan jemarinya....
diantara lembar pucuk muda...
berbasah mesra dengan embun sang dewa....
caping lebar, itulah riasnya....
dan senyum tak putus mengiringi syairnya...

Lihatlah dia....
selendang tipis yang tertepa angin....
seakan melukis mimpi-mimpinya....
melepas ringan segala beban....
tiada jemu menanti sang hujan.....

dia gadis berkebaya usang...
seakan terpatung disudut jengkalnya...
tak peduli bayangnya hendak kemana....
bahkan tak lena...akan kicau alam yang merayu....
semua bak lentera...berdendang dimalam sederhana....

lihatlah....keringatnya enggan menetes....
seakan malu merujuk wajah itu...

gadis berkebaya usang....
bagai putri tak bermahkota...
merajam segala ingin dan duka...
memanggul apa adanya dengan suka....
sungguh.....aku ingin menyapanya....

Senin, 07 Desember 2009

katakan 'iya" padaku.....

gerimis ... menyela soreku....
kilau keemasan tertunda sudah....
yang berpantun tuk asaku...dan...
bermain khayal dimeja nirwana....

Aku ingin tersenyum lagi....
menganyammu dititik jenuhku ....
menari dikuncup indah bungamu....
ah....rasa dipucuk rasa....
bersoleklah manja.....dipadang gembira.....
meraut yang terindah dengan seksama....
diantara "tidak dan iya".....

ah...."tidak" dan "iya".....
merangkaklah dibalik penatnya....
sentuh mesra putiknya....
hingga ia mengeliat tersipu...
berbisik lembut mengusir "tidak"....
dan.."iya" pun... gemulai tak ragu menyapa...

ah..."iya".....berenanglah ketepiku....
bawa irama bingkai nafasmu...
pada karang tak bersantun ini....
yang tegap berdiri memupuk senyum itu...
yang tak pedulikan batas pembagi waktu....
yang acuh pada garis berlaku....

ah..."iya"....katakan dan peluklah aku.

Jumat, 04 Desember 2009

andai belum terbelah...

Andai jiwaku belum terbelah.....
Ku kan berlari bak menjangan....
Teriak lantang gema memetir....
Kepakkan sayap sang jagoan.
Tiada tepi tiada batas....
Riuh memuja enggan berhenti....
Karena sabana tak pernah kering....
Terpenuh ingin bertabur rasa.

Andai jiwaku belum terbelah....
Tak kan kulelap walau sepejam....
Merakit hilir menyemak hulu....
Demi sebulir biji tanpa ratap....
Hingga lukisan itu usai sudah....
Menyimpan kuas diruas hati....

Andai jiwaku belum terbelah...
Kan kupesan sejengkal ruang...
Disela baris tulang rusukku...
Melingkar erat senyap tersedu...
aahh....
aku sudah terbelah.

Senin, 30 November 2009

Rindu Merakku

Merakku manis, bersoleklah kembali.....
Rangkai bulumu diantara harum kamboja,
memekik dan menggonggong tiada batas,
Hingga pelangi tak lagi terbangun karenamu.

Pandanglah....
Anak panah yang menggeliat manja,
Menari-nari dari busurnya,
Menghunjam mesra di bidak catur yang terpana,
Membawa helaimu bait demi bait,
Tertata diukiran lumut nan enggan mengering.

Merakku manis, kau tak pernah tertidur.....
Walau singgasanamu empuk meraja,
Berbantal puja, berselimut riuh tepuk acungan,
Kau tetap terjaga, dengan merah mata membasah....
Bercerita tentang renta petani dan gembala...
Juga pengemis cantik dibalik pintu rumah pejabat.

Simak....
Tuturmu masih santun dihalaman kami,
Satu demi satu kau rangkai,
Tergulung indah, berhias sinar kunang-kunang,
Bersama syahdu mekar flamboyan,
Yang sombong dimusim penghujan.

Merakku manis, jangan menangis....
Karena kami tak pernah sanggup membeli lupa,
Walau kami haus kedinginan,
Dan terkadang tak tahu jalan pulang.
Merakku manis, ijinkan kupinjam tongkatmu....
Tak lama tuan, hanya sebatas tangis anakku,
Yang merindu akan bapaknya,
Bak rindu kami, akan kepakan dan kokokmu.