Senin, 30 November 2009

Rindu Merakku

Merakku manis, bersoleklah kembali.....
Rangkai bulumu diantara harum kamboja,
memekik dan menggonggong tiada batas,
Hingga pelangi tak lagi terbangun karenamu.

Pandanglah....
Anak panah yang menggeliat manja,
Menari-nari dari busurnya,
Menghunjam mesra di bidak catur yang terpana,
Membawa helaimu bait demi bait,
Tertata diukiran lumut nan enggan mengering.

Merakku manis, kau tak pernah tertidur.....
Walau singgasanamu empuk meraja,
Berbantal puja, berselimut riuh tepuk acungan,
Kau tetap terjaga, dengan merah mata membasah....
Bercerita tentang renta petani dan gembala...
Juga pengemis cantik dibalik pintu rumah pejabat.

Simak....
Tuturmu masih santun dihalaman kami,
Satu demi satu kau rangkai,
Tergulung indah, berhias sinar kunang-kunang,
Bersama syahdu mekar flamboyan,
Yang sombong dimusim penghujan.

Merakku manis, jangan menangis....
Karena kami tak pernah sanggup membeli lupa,
Walau kami haus kedinginan,
Dan terkadang tak tahu jalan pulang.
Merakku manis, ijinkan kupinjam tongkatmu....
Tak lama tuan, hanya sebatas tangis anakku,
Yang merindu akan bapaknya,
Bak rindu kami, akan kepakan dan kokokmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar